Sebagai Dosen mata kuliah Makro Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Studi
pembangunan saya begitu gelisah melihat kondisi Ekonomi bangsa kita saat ini,
namun pemerintah kok cuek-cuek aja, pemerintah tidak memberikan isyarat
langkah-langkah perbaikan ekonomi apa yang harus dilakukan ke depan. Mereka
tidak pernah berbicara secara mendasar dalam bentuk Blue pritn (Cetak Biru)
tentang pembangunan ekonomi Indonesia lima tahun mendatang paling tidak dalam
masa pemerintahan Presiden JOKOWI, ini. Sebagai ilmuwan sekaligus sebagai
pelaku Pasar Saham saya melihat keterpurukan nilai saham kali ini sangat
mendalam, mencapai di atas 100 point, pada hal di jaman SBY naik dan turunnya
nilai salam hanya berfluktuasi sekitar 25 Point. Hal ini berarti situasi
ekonomi dijaman SBY itu sangat stabil. Menurunnya harga indeks saham gabungan
ini menunjukkan pasar sangat tidak percaya dengan pemerintahan ini, indikator
yang dapat dilihat adalah mulai dari bulan april dana sekitar 300 Trilyun
ditarik oleh investor asing, tapi pemerintah tenang-tenang saja. Pada hal dana
di Bursa saham ini sesungguhnya merupakan sumber investasi di sektor riil
khususnya investasi modal bagi dunia industri yang dapat membuka lapangan kerja
dan otomatis akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat.
Dalam analisis ilmu makro ekonomi untuk mengetahui perekonomian
sebuah negara itu sehat atau tidak dapat dilihat melalui beberapa indikatornya
berupa: Adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilnya mata uang dalam
negeri, tingkat inlfasi yang terkendali, terbukanya lapangan pekerjaan yang
memadai dan indikator barru yang masukkan untuk mengukur keberhasilan
perekonomian satu negara adalah index gini yang rendah yang mencerminkan
adilnya distribusi pendapatan masyarakat.
Secara realitas semua indikator yang di uraikan di atas dalam
kondisi ekonomi saat ini sangat memprihatinkan. Nilai rupiah kita terpuruk di
atas Rp 13.000,-, tingkat inflasi kita mencapai 7,5 %, tingkat pertumbuhan
ekonomi hanya mencapai 4,5 %, pengangguran terus bertambah karena naiknya harga
BBM maka banyak perusahaan melakukan PHK, tarif listrik naik dan harga gas juga
naik maka membuat perusahaan-perusahaan melakukan rasionalisasi karyawan dalam
bentuk PHK. Indexs gini kita semakin menganga yang menunjukkan bahwa deviasi
pendapatan antara yang penduduk kaya dan miskin semakin melebar.
Sekarang yang kita tunggu adalah, pemerintah harus segera
membuat Bule Print tentang apa program ekonomi mereka dalam mengatasi
krisis-krisis ini. Sayang pemerintah tidak melakukaknya. Yang terjadi adalah
pemerintah selalu membuat kegaduhan-kegaduhan baik di bidang Politik, Hukum dan
Ekonomi berupa selalu menaikkan harga BBM. Kalau mau ekonomi bangsa ini maju
maka pemerintah harus segera menghentikan berbagai macam kegaduhan tersbut.
Kegaduhan dalam bidang politik membuat Parlemen terus bergejolak, kegaduhan
dalam bidang Hukum mendorong demonstrasi akan terjadi dimana-mana. dan yang
lebih gawat adalah kegaduhan dalam bidang ekonomi, kegaduhan jenis ini
mendorong naiknya berbagai jenis harga bahan pokok pada hal tingkat pendapatan
masyarakat tidak naik bahkan menurun karena banyak masyarakat telah kehilangan
pekerjaan melalui PHK dll.
Sudah saatnya JOKOWI harus berani memanggil para begawan Ekonomi
seperti Emil Salim, Sri Mulyani atau yang lainnya untuk membantu pemerintah membuat
Bule Print perekonomian negara. Membangun ekonomi negara itu bersifat
Kesejahteraan orented bukan keuntungan orented. Oleh karena ini setiap
kebijakan ekonomi pemerintah itu harus memperhitungkan dampaknya terhadap
kesejahteraan masyarakat banyak bukan pada konsep negara itu untung atau rugi,
sebab negara itu bukan perusahaan.
Adalah
Presiden Soeharto terlepas dari kelemahannya sebagai manusia, tetapi sebagai
pemimpin bangsa beliau sangat kaya akan visi masa depan bangsanya. Dijaman
Soeharto pembanguan ekonomi dirumuskan secara struktur dan bertahap meliputi
pembangunan jangka panjang 25 tahun setelah itu dijabarkan dalam bentuk 5
tahunan dan dioperasionalkan melalui RAPBN dalam waktu satu tahun. Blue
printnya jelas, sehingga tahapan pembangunan yang dicapai juga jelas, Sayang
contoh baik seperti idak dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya termasuk
pemerintahan sekarang.
Tidak ada niatan untuk
menjiplak tulisan sah satu senior yang berada di jauh sana, saya Cuma meneruskan
tulisan beliau karena bagus sekali sebagai refrensi mahasiswa ekonomi terutama
kader-kader HMI komisariat Unindra