Hosting Unlimited Indonesia
Kritik Tehadap Unindra PGRI di Usia 11 Tahun

Kritik Tehadap Unindra PGRI di Usia 11 Tahun

Tak seorang pun terusik dengan kenyataan yang terjadi saat ini dimana ribuan mahasiswa berbondong-bondong mengikuti antrean panjang untuk menyelesaikan pembayaran UTS di lingkungan Kampus Universitas Indrprasta PGRI,  ironisnya tak satupun mahasiswa merasa terusik dengan kondisi tersebut, atau ada ketakutan tersendiri jika harus melawan memperjuangkan sistem untuk memperbaharui sistem yang ada saat ini. Entahlah.. Mahasiswa saat ini kehilangan jati dirinya untuk menyuarakan aspirasinya. Kondisi riil yang terus terjadi berulang-ulang ini merupakan kenyataan yang tak pernah dijadikan suatu titik kritis terhadap suatu sistem yang berlaku, rasanya semua yang berjalan saat  ini merupakan suatu keharusan yang harus di tunaikan oleh mahasiswa. Betapa banyak mahasiswa yang telah buta dengan segala keadaan dan kenyataan, mereka hanya menjalaninya dengan sukarela tanpa ada rasa perihatin terhadap sistem ayang berjalan.

Dunia kampus dalam konteks kekinian dianalogikan sebagai "Perusahaan", dimana sebuah perusahaan akan selalu mencari cara demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, bukan lagi berbicara mencetak kaum intelektual. Salah satunya dari sekian banyak perguruan tinggi yang dimaksud adalah Universitas Indraprasta atau yang disingkat Unindra PGRI.

Unindra PGRI berada di wilayah Jakarta Selatan (Kampus A) dan Jakarta Timur (Kampus B), kampus ini tergolong kampus yang ssedang berkembang pesat. Bayangkan saja di umurnya yang kesebelas tahun kampus ini mampu menjadi kampus pilihan utama di wilayah Jakarta. Berdasarkan data kemahasiswaan di kampus tersebut tercatat sebanyak 36.400 mahasiswa yang aktif dan tersebar diberbagai fakultas dan pogram studi didalam universitas tersebut. Kuantitas mahasiswa di Perguruan tinggi tersbeut berada diurutan kedua setelah Universitas Indonesia (UI). Namun ironisnya Kuantitas itu tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas didalamnya, baik terhadap kualitas mahasiswa, lulusan, dosen, dan sistem pelayanan lainnya. Sehingga berdampak pada kualitas lulusan yang siap tidak siap harus bersaing di dunia nyata.

Lalu sampai kapan semua ini berlangsung?

Berdasarkan pantauan penulis (Selasa, 6/11/2015) tercatat ribuan mahasisiwa sedang mengantri untuk melakukan pembayaran, kondisi tersebut terus berulang-ulang terjadi setiap saat ketika mahasiswa akan melakukan pembayaran UTS, UAS, UPM dan lain-lainnya. Kondisi ini merupakan potret keburukan sistem pembayaran di Unindra PGRI sendiri dan potret terhadap mahasiswa yang kehilangan jati dirinya untuk menolak atau memperbaiki sistem tersebut.

Saat ini ribuan mahasiswa sukses menjadi budak birokrasi kampus, tidak ada perlawanan, tidak ada aksi damai dan lain-lainnya. Lalu sampai kapan kondisi ini berlangsung? adakah sosok mahasiswa yang hadir lalu menjadi pahlawan untuk keadaan sekarang? Adakah jiwa-jiwa perlawanan yang bersemayam didalam diri mahasiswa lalu bangkit meneriakkan suara protes dengan lantang?

Sebaga insan akdemis, pencipta, pengabdi dan bernafaskan islam maka sudah seharusnya kader HMI Komisariat Unindra PGRI menjadi garda terdepan mengawal ketidakmampuan lembaga dalam menyediakan fasilitas yang memadai, tanpa ditunggangi oleh kepentingan senior ataupun lainnya.
Karena problem ini adalah tanggung jawab bersama sebagai mahasiswa dan kader HMI untuk menjawab problem ini agar tidak berkepanjangan, jangan sampai mahasiswa dan kader HMI apatis terhadap hal tersebut yang hanya memikirkan Kesenangan dan euforia semata.

Penulis;
Syahrul Rizal (Kabid Infokom HMI Komsat Unindra PGRI Cab. Jaksel)

Editor;
Z@inul Hafizi

InTouch
Update Available
Download It