Siapapun kalian, yang ingin
hidup bebas, lepas dari belenggu sekolah, otoritas, orang tua, masyarakat, dan
belenggu-belengu lainnya yang serupa. Kalian tidak sendirian, kalian juga bukan orang pertama yang berpikir
bahwa semua belenggu tersebut takkan pernah lepas bahwa kebebasan seperti dapat
kita rasakan dalam khayalan dan mimpi disiang bolong. Kita beranjak dewasa
dengaan dicekoki kalimat bahwa "kita
harus bertanggungjawab". Semua keluh kesah dalam dunia, kehidupan,
kondisi sekeliling kita, selalu dijawab dengan nyanyian lama "terima saja, hidup memang tidak pernah
adil" sepintas kita merasakan sinisme didalamnya setiap kali kalimat
itu didengungkan, kita dapat melihat wajah si pelontar kata yang menyatakan
dengan putus asa, bahwa ia tidak berdaya atas kehidupannya. Dan itulah
kenyataan yang sebenarnya yang ingin ia katakan bahwa ia..termasuk kita semua
tak berdaya. Namun dibalik semua itu, adalah mereka yang tak benar-benar
menjalani hidup yang tak sesuai dengan keinginanya, mereka yang telah layu atau
mati selagi hidup. Bagiku, kenyataan hidup tidak sesederhana kalimat "hidup memang tidak pernah adil"
karena kemungkinan masih ada ruang untuk setiap manusia yang gigih dan berani
mengeksplorasi setiap sudut kehidupan.
Terkadang aku juga seperti
kalian, yang mengikuti dunia dengan sumpah serapah, tapi bisakah kita sedikit
berbesar hati dengan mempertimbangkan sisi lain dari kehidupan yang pernah
membuat kita tersenyum, merasa lepas, bebas dengan hati yang bergejolak.
Moment-moment dimana kita akan berkata bahwa hidup itu tidak selalu busuk adalah
ruang dan waktu dimana kita akan mengikuti mimpi dan keinginan. Memang
keseharian kita dipenuhi dengan "kekerasan,
kemiskinan, ketertindasan, peperangan, dan pengerusakan" yang
disebabkan oleh para penguasa ekonomi dan para politisi. Sehari-hari kita
dituntut untuk mengamini semua ini dengan duduk di depan kelas, menonton
televisi, mematuhi majikan, dan membuat inersia kehidupan menjadi sebuah
rutinitas kehidupan kita sendiri. Tapi, kehidupan yang bebas itu masih mungkin.
"Hidup itu indah" bukanlah
semata slogan perusahaan periklanan dan senyum Kaum Borjuis di depan televisi.
Janganlah percaya atas apa yang disajikan oleh tayangan televisi kepadamu,
kehidupan yang indah itu ada di sekitar kita, tersembunyi dibalik tirai jendela
dan diluar dinginnya tembok-tembok penjara, seperti sinar matahari yang
diselubungi awan, kita hanya perlu mengayuh angin untuk menyingkapnya.
Aku juga sadar bahwa hidup
sekarang ini memang memilukan, hidup yang bebas dibawah tirani Kapitalisme dan
Negara menjadi semacam Ilusi ketika setiap hari kita melakukan hal-hal yang
tidak kita inginkan. Kita harus menjual, menipu dan berlaku tidak adil kepada sesama
agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kita bahkan harus membuat mereka
patuh seperti halnya atasan/pemimpin yang menginginkan kesetiaan kita. Mereka
bilang kalau kita tidak mempersiapkan diri untuk masa depan maka tak ada alasan
lagi untuk hidup. Kawan.. Orang-orang yang mengatakan seperti itu adalah mereka
mencoba berkata kepadamu bahwa mereka lebih dewasa darimu karena mereka
menginginkan kepercayaan dan kepatuhanmu seperti orang yang lebih dewasa
sebelumnya yang telah merenggut kehidupan mereka, mereka menginginkanmu untuk
menjadi budak sampai engkau mengamini perbudakan dirimu sendiri dan menerima
legitimasi kekuasaan mereka terhadap hidupmu. Jadi, kapan kamu akan memulai
menjalani hidupmu sendiri?
Argumen ini bukanlah suatu alasan
untuk menyerang mereka yang berkata untuk bertahan hidup. Beberapa orang masih
sulit melepas rutinitasnya dan menyalahkan mereka juga atas pilihan tersebut merupakan
tindakan yang keliru walaupun kita semua tau bahwa pengaruh "rutinitas" kepada kehidupan
kita. Semua ini bergantung pada pemahaman kita terhadap realitas keseharian.
Hubungan antar manusia dan bagaimana hal tersebut membentuk kesadaran bahkan
emosi kita, ada orang-orang terdekat kita yang menyukai pekerjaan mereka
sebagai suatu wujud eksistensi didalam masyarakat. Tapi, yang terpenting dari
semua itu adalah menyadari bahwa Eksistensi hidup takkan dapat diraih melalui
semua itu melainkan dari apa yang benar-benar kita inginkan didalam hidup.
Sadarilah,,, bahwa majikanmu
ingin memperbudakmu, sekolah mempersiapkanmu untuk menjadi bagian dari hubungan
ekonomi_politik majikan dan budak, masyarakat menginginkanmu menjadi sesuatu
yang tidak kamu inginkan, dan orang tua menghendakimu mengikuti jalan hidup
mereka menjadi budak. Tapi percayalah,, bahwa kehidupan bebas berada diluar itu
semua dan ingat! Kehidupan yang bebas bukanlah kekerasan yang mendominasi,
memanipulasi, memperbudak sesama, dan menghancurkan alam sekitar (Biosfer) dari
kesenangan kita, bukan!! Karena itu, kebebasan yang diamini oleh masyarakatmu
sekarang adalah yang tidak bebas!
Aku keluar (bukan
dikeluarkan) dari Kuliah dan tidak memikirkan bagaimana masa depanku akan
menjadi, meninggalkan rumah, orang tua dan nilai-nilai suci yang menjadi
warisanku. Tapi aku bahagia karena aku menjalani hidupku sesuai dengan
keinginanku, aku juga bahagia karena aku bisa merasakan kesedihan sebagai
bagian dari hidupku. Mereka bisa saja menuduhku egois, seenaknya, parasit,
ceroboh atau apapun itu tanpa berkaca lebih dulu, mereka bisa saja menghakimiku
dalam segala hal tapi, apa yang perlu mereka lakukan terlebih dahulu dalam diri
mereka sendiri. Bisikan dalam hati sering kali tak nyaman untuk dikeluarkan
apalagi diberitahukan kepada orang sekitar. Kita semua tau apa yang dikeluhkan
dalam diri: ketidakpuasan yang kita rahasiakan sering kali dibaluti oleh
keinginan-keinginan remeh, padahal apabila kita cermati lebih jauh keinginan
tersebut menginginkan sesuatu yang lebih besar, lebih besar dari apa yang kamu
ketahui, seperti ketika kamu menemukan cinta dan mengetahui apa yang kamu
benci. Biarkan mereka bicara sesukanya dan menuduh sesukanya, biarkan mereka
berkoar dengan penuh derita, hidup harus tetap terus berjalan dan memang
sepatutnya, bahwa untuk menjalani hidup berarti mengetahui mana yang perlu
diperjuangkan dan mana yang harus ditumbangkan.
Apa kau merasa muak
diperintah, jenuh dengan kemonotonan hidup, merasa ada yang tak beres dengan
hidupmu, muak dengan tayangan televisi dan sinetron-sinetron bodoh apalagi
didalamnya para politisi, merasa hidupmu tak penuh karena standarisasi
lingkungan di sekitarmu, serasa ingin meluap dan mencekik bos, dan mereka yang
selalu memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau sukai sehingga kau ingin
meledak dan bertindak lepas!
Amor Fati adalah
ekspresi cinta akan hidup, adalah suplemen pemberontakan (bagi setiap pemberontak)
untuk merayakan hidup. Amor Fati kami adalah sikap
antipolitik, antiotoritas, karena kami menolak setiap ketertundukan dan
kepatuhan pada apapun selain keinginan kami sendiri. Tak ada yang sakral
sekalipun itu Anarkisme. Kami ingin
memandang Dunia secara berbeda, dimana setiap kehidupan mempunyai hak untuk
menentukan hidupnya sendiri dengan suatu pandangan dunia yang berguna untuk
melepas setiap belenggu dalam kehidupan!
"Revolusi menuntut lahirnya jiwa-jiwa yang baru,
yang Insting dan Inisiatifnya bergerak diluar logika massa, jangan menjadi atau
merekrut pengikut_temukan sepantaranmu. Jangan menumpuk massa dan angka_lipat
gandakan dirimu"
Bukan kau yang menyatakan waktunya, tapi waktu yang
menyatakanmu
Dan setiap bom waktu
Mereka menari mengikuti iringan musik yang sama
Disebuah dunia yang dihuni oleh orang-orang yang tak
dianggap
Aku adalah seorang...
Bom waktu
(Chumbawamba)
Selalu saja ada kegilaan dalam Cinta, selalu saja ada
alasan dalam kegilaan
(Neitszche)
Penulis;
Rajul Moseley
(Mantum Komisariat Unindra
Priode 2013-2014)
0 Response to "AMOR FATI; Untuk Sebuah Kehidupan Yang Bebas"
Posting Komentar