Hosting Unlimited Indonesia
HMI Unindra Menggelar Rapat Evaluasi

HMI Unindra Menggelar Rapat Evaluasi

HMI Komisariat Unindra kembali menggelar rapat evaluasi dan diskusi mingguan komisariat pada Minggu (31/5/2015) yang bertempat di pelataran taman kampus B Unindra PGRI Gedong. Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus  inti dan belasan kader HMI komisariat  unindra, agenda tersebut merupakan lanjutan dari agenda sebelumnya mengenai mencari formula dan solusi dari kebuntuan komunikasi antara kader dengan kader, kader dengan pengurus, dan pengurus dengan pengurus.

Menurut Achmad Sunhaji selaku ketua umum komisariat unindra PGRI hal semacam ini (Red; rapat evaluasi dan diskusi) sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena bagian komunikasi  "kita ketahui sendiri bahwa komunikasi merupakan bagian vital dari sebuah organisasi, tanpa komunikasi dan koordinasi yang baik roda organisasipun mungkin akan terhambat sehingga kegiatan-kegiatan semacam ini (Red; rapat evaluasi dan diskusi mingguan) cukup baik untuk terus ditanamkan dan dibudayakan" ujarnya. 

Berdasarkan informasi yang berhasil kami peroleh dari Kabid Infokom, rapat evaluasi dan diskusi tersebut akan membahas beberapa permasalahan terkait laporan pertanggungjawaban kegiatan PILAR, isu resufle kepengurusan dan beberapa agenda lainnya terkait eksistensi HMI di Kampus yang bernaung pada yayasan PGRI tersebut. 
 "Pokoknya hari ini harus clear permasalahan berlarut-larut ini, terutama terkait kegiatan PILAR dan  isu resufle kepengurusan. karena saya pribadi ga mau agenda-agenda yang sedang berjalan terkendala dengan situasi berlarut-larut saat ini dan usulan saya pribadi menginginkan stakeholder komisariat untuk memperbaiki apa yang diutarakan Ketum Aji sebelumnya (Red; komunikasi dan koordinasi)" seloroh Rizal selaku kabid Infokom komisariat. (fz)
 
Cara Mudah Menulis Berita Dengan 5W+1H

Cara Mudah Menulis Berita Dengan 5W+1H



Ide ada, peristiwa juga ada, tapi untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan atau berita ternyata tidak semua orang dari kita bisa melakukannya. Rumus menulis berita yang dikenal dengan istilah 5W+1H juga sering kita dengar, tapi terkadang masih bingung untuk menerapkannya. Ingat, What (Apa), Where (Di Mana), When (Kapan), Who (Siapa), Why (Mengapa) + How (Bagaimana) adalah hal – hal yang tidak boleh diabaikan dalam penulisan sebuah berita.
Berikut langkah – langkah mudah cara penerapan 5W+1H lengkap dengan contohnya. Pertamabuatlah judul berita yang kita kehendakai, misalnya ; Yayasan Nadziriyah Gelar Peringatan Tahun Baru Hijriyah.
Keduaisilah/gantilah 5W+1H dengan peristiwa yang akan kita jadikan berita, misalnya kita akan menulis berita tentang peringatan Tahun Baru Hijriyah, maka kita isikan datanya sebagai berikut; What (Peringatan Tahun Baru Hijiriyah), Where(halaman SMP Salafiyah Banyumas), When (Selasa, 5/11/2013), Who (Yayasan Nadziriyah Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah), Why (untuk menteladani semangat hijrah Nabi Muhammad SAW) + How (jalannya acara)
Ketigamenyusun 5W menjadi sebuah lead berita dalam satu paragraf agar pembaca yang membaca lead berita tersebut langsung paham dengan isi beritanya. Susunan 5W itu tidak harus baku sesuai dengan urutan What (Apa), Where (Di Mana), When (Kapan), Who (Siapa), Why (Mengapa), tapi kita bisa mengganti urutannya sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk contoh di atas bisa disusun sebagai berikut; “untuk menteladani semangat hijrah Nabi Muhammad SAW Yayasan Nadziriyah Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Peringatan Tahun Baru Hijiriyah Halaman SMP Salafiyah Banyumas Selasa, 5/11/2013”
Keempatsusunan lead berita di atas tentu masih kaku, kurang enak dibaca dan masih belum jelas maksudnya sehingga perlu disusun ulang dengan menambahkan beberap kata / kalimat untuk menyambung point yang satu dengan point yang lain, misalnya menjadi seperti ini; “Dalam rangka untuk menteladani semangat hijrah Nabi Muhammad SAW, Pengurus Yayasan Nadziriyah Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah menggelarPeringatan Tahun Baru Hijiriyah yang dipusatkan di Halaman SMP Salafiyah Banyumas pada Selasa, 5/11/2013 yang lalu
Kelima, setelah semua data 5W terangkum dalam lead berita pada paragraf pertama, selanjutnya kita tinggal menulis 1H (How) pada pargaraf kedua dan seterusnya sesuai dengan keinginan kita apa – apa saja yang perlu dan penting untuk disampaikan kepada pembaca.
Demikian tips sederhana menulis berita dengan rumus 5W+1H untuk para penulis pemula yang belum/tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, silahkan mecoba dan semoga bermanfaat. Untuk para penulis/kompasianer senior, ditunggu saran dan masukannya.
Sumber:
Tekhnik Reportase dan Wawancara

Tekhnik Reportase dan Wawancara



Wawancara sangat penting dalam dunia jurnalistik. Wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik.

Wawancara vs reportase
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabnya adalah tidak.
Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas dari wawancara, sedangkan wawancara adalah salah satu teknik reportase.

Jenis Wawancara
1.    Man in the street interview. Untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang akan diangkat jadi bahan berita.
2.    Casual interview. Wawancara mendadak. Jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
3.    Personality interview. Wawancara terhadap figure-figur public terkenal. Atau orang yang memiliki kebiasaan/prestasi/sifat unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
4.    News interview. Wawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang mempunyai kredibilitas atau reputasi di bidangnya.

Wawancara yang Baik

Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal - antara lain - sebagai berikut:
1.    Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2.    Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
3.    Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak."
4.    Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
5.    Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
6.    Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
7.    Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
8.    Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
9.    Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing".
10.  Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.

Media Cetak VS Media Elektronik
Bagaimana cara memperoleh/mengumpulkan berita? Caranya adalah melalui reportase, yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan karya jurnalistik yang akan dibuat. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya berupa manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.

Dengan demikian, ada sedikit perbedaan antara reportase dengan wawancara. Wawancara merupakan bagian dari reportase, dan reportase tidak hanya dapat dilakukan terhadap manusia.

Namun perlu diingat bahwa wawancara untuk media cetak berbeda dengan wawancara untuk media elektronik. Wawancara untuk media elektronik biasanya dikemas semenarik mungkin. Sebelum wawancara berlangsung, seringkali dilakukan briefing antara pewawancara dan nara sumber, yang bertujuan untuk menjaga kelancaran wawancara. Hal ini dilakukan karena wawancara untuk media elektronik merupa kan "produk" tersendiri yang "dijual" kepada pemirsa/pendengar.

Sedangkan dalam media cetak, yang terpenting bagi pembaca adalah tulisan yang dibuat berdasarkan hasil reportase, sehingga proses wawancara tidaklah penting bagi mereka. Karena itu, wawancara untuk media cetak dapat berlangsung tanpa kemasan yang menarik ataupun briefing antara wartawan dengan nara sumber. Satu-satunya persiapan yang perlu dilakukan adalah persiapan wartawan itu sendiri, yang mencakup bahan wawancara dan pengetahuan umum mengenai materi wawancara. Sedangkan proses wawancaranya dapat berlangsung dalam berbagai situasi dan tempat. Bisa di kantor, di restoran sambil makan siang, lewat telepon, sambil berjalan menuju halaman parkir, sambil ngobrol, dan sebagainya. Nah, selamat mewawancara..





InTouch
Update Available
Download It